Sunday, April 8, 2018

Kritik dan Esai Sastra



A. KRITIK SASTRA

1.    Pengertian Kritik Sastra
Istilah “kritik” (sastra) berasal dari bahasa Yunani yaitu “Krites” yang berarti hakim. Krites  sendiri berasal dari “Krinein” yang berarti menghakimi. Kriterion yang berarti “dasar penghakiman” dan kritikos yang berarti hakim kesusastraan ( Wallek, 1978 : 21). Kritik sastra merupakan studi sastra yang langsung berhadapan dengan karya sastra, secara langsung membicarakan karya sastra dengan penekanan pada penilaian ( Wallek, 1978 : 35 ). Hal ini sesuai dengan pengertian kritik sastra modern juga, seperti dikemukakan oleh H. B. Jassin (1959 : 44-45), yaitu kritik sastra merupakan pertimbangan baik buruk karya sastra, penerangan dan penghakiman karya sastra.

2.    Struktur Teks Kritik Sastra
1) Orientasi
Orientasi merupakan struktur pertama teks kritik sastra yang berisi tentang pengenalan hal yang akan kita kritik.
2) Interpretatif
Interpretasi adalah penafsiran karya sastra, dalam arti luas merupakan  penafsiran kepada semua aspek karya sastra.
3) Evaluai

3.    Fungsi Kritik Sastra
Menurut Pradopo (1988 : 17) kritik sastra memiliki tiga kegunaan, yaitu:
1)   Untuk perkembangan sastra itu sendiri
2)   Untuk perkembangan kesusastraan
3)   Untuk penerangan masyarakat pada umumnya yang menginginkan penerangan tentang karya sastra.
4)   Memberikan manfaat kepada masyrakat tentang pemahaman dan apresiasi sastra

4.    Langkah-Langkah  Mengkritik Yang Baik
  •  Sebelum memberi kritik kita harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang sesuatu yang   akan kita kritik. Sebagai contoh apabila kita akan mengkritik cerpen, kita harus mengetahui   pengetahuan luas tentang cerpen.
  •  Pahami segala istilah yang terdapat dalam karya. Baca juga bahan rujukan karya tersebut.
  •  Setelah itu buatlah catatan yang obyektif tentang kelebihan dan kekurangan karya yang akan     dikritik. Contoh catat bagaimana tema, alur, penokohan, latar atau bahasa yang ada dalam   cerpen.
  • Sebelum kritik disampaikan pikirkan kembali “Bagaimanakah perasaan saya jika dikritik  semacam itu?”
  • Saat menyampaikan kritik melalui lisan atau tulisan perhatikan penggunaan bahasa. Gunakan bahasa yang tidak menyerang orang dan yang tidak menyakiti hati. Beri penilaian yang jujur dan obyekyif, tetapi tetap santun.
  • Kritik harus mempunyai alasan yang masuk akal atau logis, jadi tidak asal mengkritik.
  • Contoh kalimat kritik yang baik dan benar “Saya sangat sependapat dengan Anda mengenai faktor kebersihan. Lingkungan yang bersih adalah syarat utama hidup sehat. Apabila lingkungan bersih dengan sendirinya nyamuk tidak dapat berkembang biak dan demam berdarah juga tidak akan ada di tempat tersebut.” “Saya kurang sependapat dengan Anda. Dari beberapa kasus demam berdarah justru menjangkit warga perumahan yang relatif lebih bersih daripada perkampungan. Saya kira pengasapan masih lebih efektif.”



CONTOH KRITIK SASTRA

Penulis Mengubah Sejarah Hidup Dengan Madre

Dewi Lestari, yang juga dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Sepanjang kiprahnya sebagai penulis sejak tahun 2001, Dee telah memepereoleh berbagai penghargaan karya sastra dan semua bukunya selalu menjadi bestseller. Beberapa bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Namun baginya, hadiah terbesar sebagai penulis ada ketika karyanya dapat menyentuh, bahkan mengubah, hidup pembacanya.

Madre merupakan buku Dee yang ketujuh sekaligus kumpulan fiksi ketiganya setelah Filosofi Kopi (2006) dan Rectoverso (2008). Ia tinggal di pinggir kota Jakarta yang tenang bersama suami dan dua anaknya tercinta.

Madre yang menceritakan kisah hidup seorang bernama Tansen tiba-tiba mendapat warisan dari orang yang sangat belum dia kenal. Bernama Tan Sie Gie, orang yang mencantumkan namanya dalam daftar warisan di surat wasiatnya. Seketika itu Tansen bingung karena merasa dimasukkan ke dalam cerita yang dia tidak mengetahui sama sekali apa yang sedang terjadi.

Suatu hari, Tansen bersama seorang pengacara yang ditunjuk Pak Tan menuju sebuah toko tua tanpa plang. Masuklah kedua orang itu dan di dalam disambut oleh Pak Hadi, penjaga toko tua itu. Rupanya penjaga rumah itu sangat menantikan sekali kedatngan Tansen ke tempat yang mati itu. Sempat Tansen menolak dan ingin memberikan warisan yang menjadi hak nya itu untuk diberikan kepada Pak Hadi. Namun seiring berjalannya waktu, saat Pak Hadi menceritakan silsialh dah cerita asal muasal kenapa nama Tansen disebut dalam surat wasiatnya. Namun pada akhirnya Tansen mau menerima  harta warisan itu dari pak Hadi. Dikeluarkannya amplop dan diberikan kepada Tansen. Ternyata isi amplop itu adalah kunci untuk membuka bankas yang saat dibuka berisi sebuah biang yang disebut Madre.

Sejak itu, kehidupan Tansen yang semula tak teratur, hidup bebas hari demi hari mulai berubah. Pekerjaan yang ia geluti kini adalah untuk menghidupkan kembali toko yang telah lama mati. Padahal dulu toko roti itu merupakan yang terlaris di Jakarta. Mulai saat itu, Tansen mulai serius menggarap pekerjaan besarnya itu sesuai dengan jiwa pemudanya hingga sukses dan berjaya seperti dulu kala.

Sebagaimana karya-karya Dewi Lestari bisa tergambarkan dari isi dan bentuk ceritanya. Gaya bercerita Dee yang pandai menciptakan cerita-cerita yang tidak begitu berat untuk dibaca. Kekuatan antar kalimat yang mengalir ringan dan selalu membuat penasaran namun tidak asalan, selalu ditunjukkan dari setiap karya-karya Dewi Lestari. Dalam gaya bercerita yang sangat imajinatif, mengutamakan sesuatu yang sangat luar biasa menjadi ciri khas Dewi Lestari. Konflik yang berat dibuat ringan menurut gaya pemikiran Dewi Lestari.

Madre, memiliki tema yang bisa dikatakan lain. Dia mampu membuat cerita yang mengangkat sesuatu yang ada dimasyarakat walaupun dari sesuatu yang kecil menjadi karya yang bagus. Keseimbangan antara isi dan bentuk membuat berbeda dengan yang biasa dijumpai dari pengarang-pengarang yang lain. Selain itu gaya bahasa yang digunakan tidak monoton.



B. ESAI SATRA

1. Pengertian Esai
Menurut KKBI, esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Menurut Arif Budiman (dalam Ariaatmadja, 2001:274), seorang esais menulis karena “terpesona” oleh sesuatu atau oleh “sifat benda-benda” dan kemudian tergerak untuk menguraikannya secara analitis, interpretatif, deskriptif, atau emotif.

Esai dalam dunia jurnalis juga dikenal sebagai tulisan berupa pendapat seseorang tentang suatu permasalahan yang ditinjau secara subyektif menurut pandangan seseorang

Pandangan Dorbie dan Hirt Tentang Perbedaan Esai jurnalistik dan Jurnal Sastra 
Esai Jurnalistik
  • Memberi informasi faktual kepada pembaca
  • Esai berada dalam khasanah literatur jurnalistik yang menetapkan akurasi informasi sebagai kebutuhan awal pembaca
  • Disampaikan dengan gaya penyampaian yang mengandung muatan sastra yang kental dan subyek tulisan didiskusikan melalui cerita sejarah, berita aktual, atau pengalaman seseorang.
  • Pemanfaat pengalaman manusia digunakan untuk menyentuh emosi pembaca
  • Esai jurnalistik bersubtansi pendek, tinggi, tajam, dan personal
  • Hanya berisi gagasan penting saja
  • Pengamatan tajam

Esai sastra (Jackob Sumarjo)
  • Penulis lebih leluasa memilih subyek dan gaya penyampaian yang dikehendakinya dan dinilainya penting.
  • Gaya penyampaian mengikuti teknik tertentu yang dianggap memuaskan dari segi estetik sastra
  • Tidak mementingkan aktualitas tema
  • Tidak mementingkan panjang-pendek kalimat dan paragraf
  • Tidak mementingkan minat pembaca terhadap subyek yang dibahas (Nelson dalam Asraatmadja, 2001:273)


Aspek Penilaian Esai
  1. Daya analitis
  2. Unsur reflektif (melihat karya untuk diri sendiri)
  3. Non teknis
  4. Non sistematis




No comments:

Post a Comment