Sejarah
Singkat Kerajaan Aceh
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan
Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih
tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan
wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu,
sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir
timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh
Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial
Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis. Oleh karena itu,
untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian
ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu,
kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang
luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Sejarah mencatat bahwa usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari
seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan
kerajaan kecil yang sudah berada di
bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada di
daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika Portugis mundur ke
Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie sehingga Portugis terpaksa mundur ke
Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng
Portugis di Pasai. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, Aceh Darussalam
menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut.
Kemenangan yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama
dari aspek persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh
banyak meninggalkan persenjataan karena memang tidak sempat mereka bawa dalam
gerak mundur pasukan. Senjata-senjata inilah yang digunakan kembali oleh
pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis.
Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke Malaka.
Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke Malaka.
Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa Sultan
Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590 1636). Pada masa itu, Aceh
merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara.
Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan dinasti
Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar
Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke
Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini diterima
oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah
meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh.
Wilayah kekuasaan Aceh mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat, Perak
diMalaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575.
Contoh
teks cerita sejarah dan strukturnya
Sejarah Huruf Braille
Orientasi:
Huruf
braille merupakan huruf yang digunakan oleh penyandang tunanetra untuk membaca
dan menulis. Dari namanya, kita bisa menebak siapa penemu huruf braille
ini.Huruf braille diciptakan oleh seorang berkebangsaan Prancis yang mengalami
kebutaan saat masih kecil, Louis Braille. Bagaimana kisahnya menemukan huruf
ini dan bagaimana perkembangannya hingga digunakan di seluruh dunia?
Urutan Peristiwa:
Louis
Braille lahir pada tanggal 4 Januari 1809. Kini, tanggal tersebut diperingati
sebagai hari Braille di seluruh dunia.Braille lahir dalam kondisi normal.
Namun, pada usia 3 tahun mengalami kecelakaan yang menyebabkan kedua matanya
menjadi buta permanen. Louis Braille ternyata mampu mengatasi keterbatasan
fisiknya, bahkan menghasilkan suatu penemuan yang sangat bermanfaat bagi sesama
tunanetra.
Ide mengenai
huruf braille ini berawal dari seorang perwira, Kapten Charles Barbier yang
memperkenalkan bahasa sandi yang digunakan oleh pasukannya untuk menyampaikan
pesan rahasia yang disebut night writing.Bahasa sandi ini menggunakan
titik-titik dan garis timbul yang dibuat dengan alat semacam paku bernama stylus. Bahasa
ini juga bisa digunakan oleh orang buta karena dapat diraba dengan ujung jari.
Namun, ternyata masih ada kekurangan metode bahasa ini untuk tunanetra.
Bahasa sandi
ini hanya mewakili bunyi-bunyian pada suatu kata sehingga dibutuhkan ratusan
sandi untuk menulis sebuah buku. Maka, Louis mengembangkan huruf braille yang
mewakili huruf dan tanda baca yang dibutuhkan untuk menulis buku.Selain itu,
seorang tunanetra lebih peka terhadap titik daripada garis, sehingga untuk
memudahkan penggunanya, Louis menciptakan huruf braille dengan 6 titik domino
tanpa garis yang divariasi menjadi 63 jenis huruf, angka, tanda baca, dan
simbol yang diperlukan dalam tulisan.
Perjuangan
belum berakhir karena huruf braille ini sempat dilarang di Prancis. Pada tahun
1834, selesailah huruf braille ciptaan Louis Braille.Louis yang saat itu telah
diangkat menjadi guru di L’Institution Nationale des Jeunes Aveugles,
sebuah lembaga untuk anak-anak tunanetra, mulai memperkenalkan huruf braille
kepada murid-muridnya. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Dr. Pignier,
sang kepala sekolah juga mendukungnya, namun orang-orang di luar lembaga tak
ada yang menyetujui huruf ini. Mereka yang belum pernah melihat betapa
bergunanya huruf braille bagi siswa tunanetra beranggapan bahwa mengajarkan
tulisan yang berbeda dari tulisan umum itu tidak masuk akal.
Louis
Braille tetap tak menyerah, dia bahkan menerjemahkan buku-buku pelajaran di
perpustakaan ke dalam huruf braille. Kemudian pada tahun 1841, sekolah diambil
alih oleh Dr. Dufau yang menentang dengan tegas huruf braille.Louis Braille pun
terpaksa mengajar murid-muridnya secara diam-diam karena larangan ini. Hingga
pada suatu ketika seorang guru lain yang bersimpati pada mereka yaitu Dr.
Gaudet, berhasil membujuk Dr. Dufau untuk mengizinkan penggunaan huruf braille
di sekolah. Pada tahun 1847, Louis kembali menggunakan huruf ciptaannya dengan
leluasa di sekolah.
Reorientasi:
Pada tahun
1851, Dr. Dufau mengajukan kepada pemerintah agar mengakui penemuan Louis
Braille dan supaya ia mendapat tanda jasa.Namun, hingga Louis Braille
meninggal, ia belum sempat mendapatkan tanda jasa. Baru beberapa bulan setelah
kematiannya, huruf braille ini baru diakui pemerintah dan mulai digunakan di
beberapa sekolah. Pada akhir abad 19, huruf braille diterima secara
universal.Untuk mengenang jasa Louis Braille, sejak tahun 1956 bekas rumahnya
yang terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris dijadikan sebagai museum
Louis Braille.
No comments:
Post a Comment