Tahapan
Menulis Novel
Bagaimana cara menulis novel dengan
baik dan benar? Berikut ini adalah tahapan dan penjabarannya:
1.
Gaet pembaca pada paragraf pembuka dengan menyuguhkan konflik. Ini
adalah cara membuat
pembukaan novel yang ampuh dan menarik.
Contoh:
“Tolong…, tolooong…..”
Teriakan minta tolong terdengar keras
dari balik pagar rumahku. Kami sekeluarga berhamburan keluar.
Apakah Anda ikut mendengar teriakan
pada contoh diatas, dan merasa ikut terlibat di dalamnya?
Ya, orang selalu suka dengan konflik.
Coba pikirkan ini, kejadian apa yang membuat orang berhamburan keluar rumah?
Ya, bisa jadi diantaranya:
perkelahian, kecelakaan, kebakaran, dan lain-lain.
Orang sering bilang, bila tidak ada
konflik maka tidak ada cerita. Dan bila Anda meletakkan konflik pada paragraf
pembuka novel Anda, maka Anda akan menarik kuat perhatian pembaca.
2. Kembangkan karakter tokoh novel
Anda.
Bantu pembaca untuk memvisualkan
karakter dengan mendesripsikan penampilan, tingkah laku dan pemikiran
tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. Ketika dia berbicara, ungkap karakternya.
Begitu juga dalam menulis karakter
tokoh novel, Anda harus menjelaskan karakter mereka satu-satu.
3.
Pilih sudut pandang penulisan cerita dalam novel Anda
Anda bisa berperan menjadi orang
pertama (protagonis) dengan kata ganti aku, saya, kami, kita. Atau anda pakai
sudut pandang orang ketiga. Dalam hal ini anda menjadi pengamat seperti
menonton film. Kata ganti yang digunakan adalah ia, dia, mereka, -nya.
4. Buat dialog yang penuh arti
Tulis dialog yang penting-penting
saja, yang ada tujuannya, yang langsung pada masalah, yang langsung
menjelaskan, jangan berputar-putar, jangan bertele-tela, jangan hambar.
Contoh dialog dalam novel
“Cinta di Dalam Gelas” karangan Andrea Hirata:
“Bisakah kawanmu itu
mengajariku?”
“Maksud kakak?”
“Aku mau belajar main catur. Aku mau
bertanding pada peringatan 17 Agustus nanti. Aku mau menantang Matarom.”
Kami terperangah.
Dialog dalam novel diatas langsung
pada inti masalah. Maryamah minta diajari main catur. Ia ingin sekali
mengalahkan Matarom.
5.
Tetapkan setting cerita dalam novel Anda
Ia mencakup waktu dan tempat. Setting
waktu terdiri dari hari, tanggal, siang, malam, minggu, bulan, pagi, sore,
tahun, dekade dan lain-lain.
Setting tempat dapat berupa lokasi
seperti kota atau desa; keadaan lingkungan seperti bersih, kotor; suasana
seperti ramai, lengang; cuaca seperti panas, dingin, dan lain-lain.
Deskripsikan setting yang penting saja
yang mendukung pengembangan cerita novel Anda. Deskripsi harus menarik dua atau
lebih indra sehingga pembaca dapat ikut mengalami apa yang tokoh cerita alami.
Contoh:
Waktu: Tahun 700 Masehi
Tempat: Istana Kerajaan
Majapahit. Di ujung tengah ruang terdapat singgasana raja berwarna keemasan;
memiliki tangga naik; payung penaung; tempat duduk dayang dan para perdana
menteri.
Untuk mudah memahami setting cerita
novel yang baik dan menarik, bayangkan suatu setting panggung teater atau OVJ
yang memiliki beberapa panggung. Setiap panggung memiliki backdrop atau latar
panggung yang dihiasi gambar, perlengkapan dan pernak-pernik yang disesuaikan
dengan adegan.
6.
Mengatur plot dalam novel Anda
Baiklah saya jelaskan. Menurut Cellia
Warren, plot adalah peristiwa yang berurutan yang disertai sebab akibatnya.
Perhatikan kalimat berikut:
Nenek bersikeras tinggal di rumah,
tidak mau berobat di rumah sakit.
Kalimat ini belum cukup mengandung
unsur plot, karena belum memiliki unsur sebab akibat. Kita belum mengetahui
alasan nenek bersikeras tinggal dirumah dan tidak mau berobat.
Namun bila kalimatnya diubah menjadi:
Nenek tidak bersikeras tinggal di
rumah, tidak mau berobat di rumah sakit karena tak mau merepotkan orang yang
bukan keluarganya.
Kalimat kedua ini telah mengandung unsur
sebab akibat. Nenek yang tidak mau merepotkan orang yang bukan
keluarganya menjadi penyebabnya enggan berobat. Inilah yang disebut plot.
Plot yang berkembang dalam cerita akan
membuat pembaca membolak-balik halaman untuk mencari tahu apa yang akan terjadi
sebelum atau selanjutnya. Mengapa demikian?
Karena orang ingin melihat lebih jauh
sebab-akibat sebuah kejadian dalam cerita.
Alur cerita yang memiliki sebab akibat
atau alur yang berangkat dari satu atau beberapa sebab menuju satu atau
beberapa akibat atau sebaliknya disebut plot.
Ya, plot adalah inti novel yang wajib
diperhatikan. Plot adalah inti dari cara membuat novel yang baik dan benar.
Bila plotnya tertata baik dan logis, maka pembaca akan suka pada novel Anda.
Novel Anda akan menjadi novel yang menarik bagi pembaca.
7.
Mengarahkan klimaks pada novel Anda
Klimaks adalah puncak atau titik balik cerita.
Ia adalah bagian yang paling dramatis dari cerita. Klimaks, terjadi ketika
protagonis memahami apa yang sebaiknya dilakukan atau menyadari tindakan
terbaik apa yang seharusnya diambil. Ketegangan yang mengganggu protagonis
mengharuskan protagonis mengambil tindakan terbaik yang berujung pada konflik
akhir atau klimaks.
Contoh satu bab Klimaks dalam novel:
“Budi menyadari kelalaiannya yang
telah menyia-nyiakan waktu. Semester satu ia dibawah kendali game di internet.
Semester dua masalah bertambah dengan memacari tiga gadis sekaligus . Semester
tiga bertambah lagi satu masalah, narkoba, karena salah gaul. Ia melewati waktu
kuliah dengan hari-hari suram dan menjauhi buku. Keadaan ini sangat kontras
dengan masa kegemilangan di bangku sekolah. Jauh dirantau orang membuat Budi
hilang kendali.
Ibu marah besar sampai nangis-nangis
bersimpuh di depannya. Bapak menyetop uang jajan selama satu semester. Nenek ikut
prihatin dan selalu ingin melihat cucunya bangkit. Budi ingat pesan terakhir
nenek sebelum ia meninggalkan dunia, “Budi, ayo selesaikan kuliahmu. Nenek
yakin kamu bisa bangkit dari pengaruh narkoba.” (Cerita berlanjut)
“Aaaahhh…..”, Budi meneriaki langit,
mengangkat dua tinjunya tinggi ke atas. “Aku harus berubaaah…”
Ia tidak mau lagi dipermainkan
kebiasaan buruk itu. hari ini adalah hari terakhir ujian semester empat. Malam
ini adalah malam terakhir persiapan ujian. Ia harus mengejar nilai tinggi bila tidak
mau dicap bego sama teman-temannya yang lain. (Cerita berlanjut)
Hari ini adalah hari keempat ujian
semester empat. Hari-hari sebelumnya dia yakin telah mengumpulkan skor tinggi
dalam ujian….. (Cerita berlanjut)
Hari kelima, egonya di bawah angin, nalarnya
yang bermain kini. “Yes! yes! teriak Budi pelan setelah merasa yakin dengan
kebenaran hasil perhitungan kimia yang dihadapinya dalam ujian. Sebuah
keyakinan yang didasari pada sisa-sisa memori kegemilangan dalam bidang studi
ini semasa SMA, nilai rapor yang selalu sembilan.
Sebuah perjuangan keras untuk
menaklukkan soal-soal eksakta dengan otak yang agak sedikit eror. Namun Budi
terus bangkit walau tertatih-tatih…(cerita berlanjut)
Hari ini adalah hari terakhir ujian
semester empat. Dengan memanfaatkan kenangan kecerdasan yang tersisa, ia
harus mengejar nilai tinggi untuk menyenangkan hati orang-orang yang menunggu
hari kebangkitannya. (Cerita berlanjut dengan aktivitas rumit dalam ujian…)
Pada hari penentuan akhir nilai
semester, mahasiswa bergerombolan mengelilingi papan pengumuman hasil ujian.
Melihat itu, Budi pun berlari kesana. Berdesak-desakan, berhimpitan, Budi
berusaha menerobos. Didalam benaknya terdapat tanda tanya besar akan nilai
akhir ujiannya…
Dengan sedikit meliak-liukkan badannya,
Budi sampai juga di depan papan pengumuman. Mengarahkan telunjuk dan memokuskan
pandangan pada deretan nama dan angka pada papan. Tidak sampai semenit, Budi
berhasil mendapatkan namanya, “Budi Tegar”. Ia kunci pandangannya, ia arahkan
tangannya kekanan menuju nilai hasil ujian….
Spontan Budi berteriak senang dan
syukur, “Yes, Alhamdulillah…..”, sejurus kemudian, ia menerobos keluar
kerumunan, berlari dan melompat-lompat kecil. Di benaknya terisi penuh
keinginan untuk meluapkan rasa, senang dan bangga. Rasa itu hendak
diungkapkan kepada tiga orang yang selalu menunggu hari suksesnya. Ia sudah
tidak sabar lagi menahannya. Teringat wajah ketiga orang yang ia sayangi itu.
Ia katup bibirnya dan berkata mantap, “Bapak, Ibu, IPeKa Budi tiga koma
limaaa!” dan ia lanjutkan ungkapan itu kepada satu orang yang sudah tidak lagi
menginjakkan kakinya di atas dunia, “Nek, terima kasih atas nasehatnya. Budi
berhasil.”
8.
Menulis ending novel Anda
Ending adalah penyelesaian atas masalah. Anda
bisa menulis ending yang terbuka atau ending yang tertutup. Ending tertutup
adalah akhir cerita yang menunjuk pada penyelesaian masalah yang sudah tuntas.
Sedangkan ending terbuka adalah ending yang konfliknya belum sepenuhnya selesai
dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembaca. Pada contoh diatas
yang digunakan adalah ending tertutup. Masalah yang dihadapi si aktor utama
sudah tuntas.
No comments:
Post a Comment